Sering yang menjadi
problem berat kita adalah kemauan untuk memaafkan kesalahan orang lain.
Berat ringannya kemauan memaafkan itu terkait dengan besar kecilnya
rasa kesal, atau dendam kita terhadap seseorang. Semakin dalam rasa
kekesalan, kebencian, dan permusuhan kita pada seseorang, maka semakin
berat kita untuk memaafkan.
Secara psikologis, yang mendapatkan keuntungan dari sikap memaafkan orang itu yang pertama adalah pihak yang memaafkan, bukan yang dimaafkan. Secara psikologis, bukankah benci itu suatu beban yang memberatkan kita? Rasa benci itu juga bagaikan luka. Bila kebencian kita pelihara, sama saja kita memelihara luka diri. Dan bila kebencian telah berubah menjadi dendam yang menuntut balas, maka luka itu semakin kita perdalam dan semakin perih kita rasakan sebelum dendam terlaksana. Namun ketika dendam telah terlaksana, benarkah luka atau beban yang berat dipikul kemana-man tadi akan hilang? Pengalaman mengatakan: “tidak”, dan permusuhan akan meningkat, yang berarti semakin dalam kita menyayat kulit hati yang telah luka dan perih tadi. Semakin sakit, khan?
Jadi, bukankah memafkan itu sesungguhnya suatu terapi jitu untuk kesehatan kita? Begitu kita memafkan orang, maka beban berkurang, luka membaik. Dan bila benci serta dendam telah hilang sam sekali dari hati kita, maka betapa sehat dan ringannya kita menjalani hidup ini.
Secara psikologis, yang mendapatkan keuntungan dari sikap memaafkan orang itu yang pertama adalah pihak yang memaafkan, bukan yang dimaafkan. Secara psikologis, bukankah benci itu suatu beban yang memberatkan kita? Rasa benci itu juga bagaikan luka. Bila kebencian kita pelihara, sama saja kita memelihara luka diri. Dan bila kebencian telah berubah menjadi dendam yang menuntut balas, maka luka itu semakin kita perdalam dan semakin perih kita rasakan sebelum dendam terlaksana. Namun ketika dendam telah terlaksana, benarkah luka atau beban yang berat dipikul kemana-man tadi akan hilang? Pengalaman mengatakan: “tidak”, dan permusuhan akan meningkat, yang berarti semakin dalam kita menyayat kulit hati yang telah luka dan perih tadi. Semakin sakit, khan?
Jadi, bukankah memafkan itu sesungguhnya suatu terapi jitu untuk kesehatan kita? Begitu kita memafkan orang, maka beban berkurang, luka membaik. Dan bila benci serta dendam telah hilang sam sekali dari hati kita, maka betapa sehat dan ringannya kita menjalani hidup ini.
Dalam bukunya, Forgive for Good [Maafkanlah demi
Kebaikan], Dr. Frederic Luskin menjelaskan sifat pemaaf sebagai resep
yang telah terbukti bagi kesehatan dan kebahagiaan. Buku tersebut
memaparkanbagaimana sifat pemaaf memicu terciptanya keadaan baik dalam
pikiran seperti harapan, kesabaran dan percaya diri dengan mengurangi
kemarahan, penderitaan, lemah semangat dan stres. Menurut Dr. Luskin,
kemarahan yang dipelihara menyebabkan dampak ragawi yang dapat teramati
pada diri seseorang. Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa:
Permasalahan
tentang kemarahan jangka panjang atau yang tak berkesudahan adalah kita
telah melihatnya menyetel ulang sistem pengatur suhu di dalam tubuh.
Ketika Anda terbiasa dengan kemarahan tingkat rendah sepanjang waktu,
Anda tidak menyadari seperti apa normal itu. Hal tersebut menyebabkan
semacam aliran adrenalin yang membuat orang terbiasa. Hal itu membakar
tubuh dan menjadikannya sulit berpikir jernih – memperburuk
keadaan.Jadi, kalau kita ingin sehat jadilah pribadi pemaaf.
Saya juga belajar bahwa ternyata konsep memaafkan yang selama ini saya lalukan ternyata salah, karena Memaafkan bukanlah:
1.Memaklumi
2.Melupakan
3.Melakukan pembenaran
4.Menenangkan diri sendiri
5.Berkata “saya memaafkanmu”
6.Memaafkan tidak sama dengan tidak mengadili
7.Memafkan tidak sama dengan melakukan perdamaian
1.Memaklumi
2.Melupakan
3.Melakukan pembenaran
4.Menenangkan diri sendiri
5.Berkata “saya memaafkanmu”
6.Memaafkan tidak sama dengan tidak mengadili
7.Memafkan tidak sama dengan melakukan perdamaian
Pada pertengahan sesi kami di minta untuk mengisi form,
pertanyaan-pertanyaan pada form itu adalah indikator atau tanda alarm
yang menunjukan saat tepat untuk memaafkan / bagi saya indikator
tersebut menggambarkan seseorang sedang dalam tahap menyimpan kemarahan
(dan saatnya anda perlu memaafkan). Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan
tersebut:
1.Saat anda menahan rasa sakit, kecewa, dan pahitnya hidup serta kebencian, semua bagian kehidupan andapun mengalami penderitaan
2. Saat anda memabayar mahal untuk ongkos kehidupan
3. Saat anda membawa kemarahan dan kepahitan terhadap setiap hubungan sosial anda dan terhadap pengalaman-pengalaman baru
3. Saat anda membawa kemarahan dan kepahitan terhadap setiap hubungan sosial anda dan terhadap pengalaman-pengalaman baru
4. Saat kehidupan anda terkungkung dalam kekeliruan dan anda tidak mampu menikmati hidup saat ini
5. Saat anda mudah terpicu oleh peristiwa yang memiliki kemiripan dengan peristiwa yang lalu
6. Saat anda mendengar dari orang lain bahwa diri anda menanggung beban
7. Saat anda mendapat umpan balik dari oranglain bahwa anda mudah putus asa
8. Saat anda kemudian dijauhi oleh keluarga dan sahabat anda karena tidak menikmati saat-saat bersama anda.
9. Saat anda mudah marah hanya dengan hal-hal yang sepele
10.Saat anda merasa sering salah paham
11.Saat anda mengalihkan perhatian pada mabuk, merokok, atau menggunakan obat untuk mengatasi nyeri batin anda.
12.Saat anda mudah merasa cemas dan tertekan
13.Saat anda dikuasai hasrat membalas dendam atau menghukum
14.Saat anda mengalami pikiran buruk terhadap situasi dan orang
15.Saat anda banyak menghindar dari berhubungan dengan sejumlah orang
16.Saat anda merasakan bahwa hidup anda kehilangan makna dan
kehilangan tujuan hidup
17.Saat anda mulai meragukan keyakinan/agama anda
18.Saat anda mulai dan sering merasakan penderitaan pada kehidupan anda sekarang
18.Saat anda mulai dan sering merasakan penderitaan pada kehidupan anda sekarang
Jika ada satu saja dari tanda-tanda alarm itu pada diri anda, maka
tidak perlu menunggu hingga semua tanda pada daftar tersebut lengkap.
Bersegeralah memutuskan hal yang baik untuk anda saat ini dan ke depan,
sayangilah diri anda dan maafkan!
Dan pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana tahapan memaafkan yang
benar??? karena seperti halnya anda, saya pun sering merasa telah
memaafkan tetapi pada beberapa momen, amarah itu kembali datang dan
membludak bahkan lebih parah.
Berikut adalah beberapa tahapan memaafkan menurut Robert D.Enright yang mungkin dapat anda aplikasikan:
Pendahuluan
Pada tahap ini kenali siapa yang melukai anda? seberapa dalamkah anda merasa terluka
Tahap 1 Mengungkapkan Kemarahan
Tahap 2 Memutuskan memaafkan
Tahap 3 Melakukan pemaafan
Mencoba memahami, melakukan hal yang baik, menerima rasa sakit
Tahap 4 Pendalaman
Menemukan makna dari penderitaan
Menemukan kebutuhan untuk memafkan
Menemukan bahwa anda tidak sendirian
Menemukan tujuan hidup anda
Menemukan kebebasan untuk memaafkan
Anda tentunya sudah memahami bahwa dalam memaafkan pada dasarnya hal
yang paling penting adalah melepaskan emosi negatif yang terlanjur
menempel di ingatan dan diri anda, dan kadang hal tersebut tidaklah
segampang teori yang kita baca.
Ada beberapa metode self help maupun self hypnosis yang dapat anda
praktekan jika anda mengalami kesulitan untuk memaafkan orang lain,
situasi, ataupun anda kesulitan memaafkan diri anda sendiri. Praktek ini diberi nama Meditasi Cinta Kasih
Caranya adalah:
1.Tutup mata anda, fokuskanlah pada nafas anda yang masuk dan keluar, lakukan hal ini selama 3 menit
2.Arahkan perhatian pada ubun-ubun anda.
a. Sapalah ubun-ubun anda sampai memberikan tanggapan dengan caranya yang unik
b. Kemudian berterimakasihlah kepada ubun-ubun anda. Ungkapkanlah alasan-alasan berdasarkan kenyataan yang anda telah alami bahwa ia telah berjasa kepada anda
c. Kemudian mohon maaf kepada ubun-ubun anda atas tindakan yang pernah anda lakukan selama ini yang telah melukai baik secara lisan ataupun fisik (tamparan, pukulan dsb) baik dengan kesengajaan ataupun ketidak sengajaan. Lakukan terus menerus hingga anda mendapatkan tanggapan
d. Doakan kebaikan untuk ubun-ubun anda “Wahai Tuhan berikanlah kepada ubun-ubun kebaikan, kebahagiaan, kedamaian,kesejahteraan, cinta dan keberlimpahan
e. Mohonlah dukungan kepada ubun-ubun anda atas apapun yang anda inginkan
3. Lakukan latihan 2 untuk anggota tubuh anda yang lain (khususnya
bagian dimana anda merasakan sakit misal hati dll)
4. Lakukan latihan 2 untuk diri anda
5. Lakukan latihan 2 untuk rohani anda
Kata mengampuni berasal dari kata dasar ampun
(amnesti). Kata ampun selalu berhubungan dengan hukum dan hukuman.
Amnesti berarti hukuman yang seharusnya dijalankan oleh pihak terkait,
dihapus, dicabut atau diringankan.
Jika anda perhatikan bahwa mengampuni dan
memaafkan tidak ada ada hubungannya secara langsung. Hal ini bisa kita
perhatikan dari sebuah kisah klasik tentang seseorang yang merampok dan
kemudian membunuh korban. Dalam persidangan, sang pembunuh tersebut
memperagakan bagaimana dia membunuh korban. Spontan pihak keluarga
menangis diruang sidang tersebut. Sidang di skors. Dua minggu kemudian
sidang dilanjutkan untuk membaca tuntutan dari pihak keluarga korban.
Pada saat juru bicara keluarga korban berdiri untuk membacakan tuntutan,
beliau mengucapkan kalimat yang tidak disangka-sangka.
“Kami tahu bahwa kehilangan seseorang yang
kami sayangi, sangatlah menyedihkan. Apalagi kehilangannya bukan secara
wajar. Bagi kami, kehadiran korban sangat mewarnai hidup kami. Beliau
telah membuat kehidupan kami menjadi lebih baik dan berarti. Namun
sekarang, apa daya beliau tidak mungkin dihidupkan lagi. Tidak mungkin
bersama lagi dengan kami. Hari-hari kami selanjutnya pun pasti berbeda
tanpa kehadiran beliau. TETAPI, walau kami telah kehilangan korban karena ulah anda (menunjuk kepada si pembunuh).
Walau kehidupan kami tidak sama lagi. Walau anggota keluarga kami tidak
lengkap lagi. Walau kami telah kehilangan sebuah senyuman yang selalu
kami tunggu dari korban yang setiap pagi menyapa kami. Tetapi kami
sekeluarga sepakat untuk MEMAAFKAN dari hati kami yang paling dalam.
Tidak menaruh dendam kepada anda agar kami bisa tetap dalam kondisi
damai dan meneruskan kehidupan kami tanpa dihantui perasaan marah. Dan
jika dikemudian hari nanti kami bertemu lagi dengan anda, kami pastikan
bahwa kami tidak akan merasa kesal atau marah kepada anda.Walau kami telah memaafkan, bukan berarti
hukum tidak dijalankan. Hukum tetap berlaku. Saya menyerahkan keputusan
hukum ini sepenuhnya kepada bapak hakim.Satu hal yang kami percaya bahwa, suatu
saat kehidupan dan makna diri anda akan berubah menjadi baik, agar anda
juga bisa memaafkan orang-orang yang pernah bersalah kepada anda.Dan mulai detik ini, kami sekeluarga hanya ingin menjalani sisa kehidupan kami dengan damai.”
Pembaca, dari kisah diatas kita mengetahui
bahwa memaafkan adalah hadiah kedamaian untuk diri anda sendiri. Dalam
konteks terapi, memaafkanlah yang menjadi pusat perhatian agar kehidupan
klien menjadi lebih baik. Namun, khusus untuk diri sendiri, kita juga
wajib mengampuni diri kita. Disadari atau tidak, kita pasti pernah
menghukum diri kita sendiri dan terkadang berimbas juga pada orang lain.
Beberapa hukuman secara mental yang mungkin pernah kita jalani adalah :
- Berkata-kata yang jelek terhadap diri sendiri (seperti “ih, goblok amat sih gue..”)
- Mogok makan, sekolah, kerja atau aktivitas lain.
- Memutus hubungan komunikasi dengan seseorang.
- Marah yang berkepanjangan.
- Membuat orang lain / diri sendiri merasa bersalah.
- Balas dendam.
- Masih banyak lagi.
Tentu saja perilaku tersebut memperlemah
kondisi seseorang. Karena itu selain memaafkan diri sendiri melalui
terapi, kita sempurnakan dengan mengampuni diri kita melalui coaching
atau konseling. Tindakan mengampuni bisa berupa :
- Tetap mengasihi.
- Mengembalikan persahabatan.
- Membersihkan nama baik.
- Mengambil pelajaran, pembelajaran, pemaknaan hidup yang baru.
- Move on / terus melanjutkan hidup / memulai hidup yang baru berdasarkan kebijaksanaan yang baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar