Belajar Kehidupan

Dulu, beberapa waktu yang lalu, saya pada awalnya mengenal hipnosis adalah ilmu yang sesat dan dilarang oleh agama. Sehingga, setiap kali ada tawaran kepada saya mengenai pelatihan ilmu hipnosis pasti selalu saya tolak. Sampai saya “dipertemukan” dengan sebuah buku berjudul Seni Hipnoterapi tulisan Roy C Hunter CHt (The Art of Hypnotherapy). Beliau adalah murid terkemukanya mendiang Charles Tebbets, satu dari sekian maestro di jagad hipnoterapi dunia. Membaca buku tersebut pada awalnya seperti membaca tumpukan kertas berbahasa sanksekerta bagi saya. Alias, sangat tidak saya mengerti dan tidak mampu saya cerna. Walhasil, setelahnya saya abaikan saja buku itu di deretan buku yang ada di dalam rak buku kesayangan saya.

Lama saya tidak bersentuhan lagi dengan dunia “hipnosis” hingga saya bertemu dengan sebuah buku karangan dari sejawat terapis saya yang bernama Saiful Anam, judulnya adalah “4 Jam Pintar Hipnosis”. Dari buku itu, saya mulai mengenal beragam istilah dan penggunaan hipnosis, hipnoterapi dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya. Tidak terlalu lengkap, namun sejak saat itulah tonggak awal arah minat saya untuk mendalami hipnosis dan hipnoterapi dimulai. Dan yang terpenting juga adalah, apa saja yang dulu menjadi pemahaman keliru saya mengenai ilmu hipnosis seketika langsung sirna (titik).

Pada saat itu, kegiatan saya dalam praktek kedokteran secara rutin adalah sebagai dokter praktek khitan, di samping sebagai dokter praktek umum dalam sehari-hari. Oleh karena seringnya saya menemui pasien yang sangat sulit untuk diajak “kerjasama” dalam melaksanakan proses khitan. Tercetuslah sebuah ide, “mungkin dengan aplikasi hipnosis, proses khitan akan jauh lebih mudah”. Karena pasien tinggal di induksi dengan jentikkan jemari, “klik”… pasien tidur. Asyik sekali nampaknya..

Maka mulailah saya belajar hipnosis melalui pelatihan demi pelatihan. Diawali level fundamental, practitioner, advance, ericksonian, aplikasi klinis, aplikasi untuk emotional healing, dan beragam pelatihan lainnya. Tidak lupa juga mempelajari materi-materi yang berkaitan dengan mental, perilaku dan dunia bawah sadar lainnya seperti Neuro Linguistic Programming (NLP), Ego State Therapy dan juga lainnya.

Dan sampailah saya pada posisi sebagai “terkun”, kata beberapa rekan saya, alias dokter-dukun.. hehehe (just kidding). Karena dalam praktek kedokteran sehari-hari, saya memadukan ilmu hipnosis, hypno-linguistic pattern serta ilmu terapan mind therapy untuk menangani penyakit pasien, mengedukasinya dan membantu mencurahkan emosi serta isi hatinya. Dan satu lagi, cita-cita saya untuk memudahkan prosesi khitan dengan teknik hipnosis pun berjalan sesuai cita-cita awal saya. Bahkan saya pula yang mencetuskan pelatihan Hypno-khitan bagi para dokter. Maka saya pun bersyukur, semuanya berjalan lebih dari sekedar rencana awal.

Namun, ada satu hal penting yang membuat saya tersadar dari apa yang telah saya pelajari selama ini. Ternyata, ketika kita semakin mempelajari ilmu hipnosis, mempelajari ilmu hipnoterapi, berpraktek hipnoterapi dan menemui beragam kasus manusia (klien/pasien). Kita semakin butuh untuk belajar memahami tentang ilmu kehidupan. Karena saya berpikir, percuma saja jika kita mampu menerapkan ilmu hipnoterapi dan ilmu terapi berbasis subconscious mind lainnya, jika kita tidak mengarahkan klien untuk hidup dengan cara lebih baik dari seharusnya.

Subconscious mind manusia memang bersifat sangat cerdas, ia mampu menyerap informasi secara cepat dan kuat, namun perlu diingat, subconscious mind juga bodoh, alias tidak pintar. Pengetahuan dan kebijaksanaan subconscious mind itu terbatas dengan database nya yang hanya dia miliki selama hayatnya. Oleh karena itu, klien/pasien tersebut mesti kita edukasi dengan ilmu kehidupan tambahan. Ilmu kehidupan yang memuat nilai-nilai kebaikan secara universal. Tidak kita paksakan untuk dianut, namun tugas kita untuk menjelaskan kebijksanaan dan ilmu kehidupan yang baik itu tetap harus disampaikan.

Oleh karena itu, saya semakin yakin, semakin dalam kita belajar hipnoterapi, kita juga semakin butuh untuk belajar ilmu kehidupan.

Dan juga, ada sebuah etika yang sepatutnya kita jalani, yaitu ketika kita ingin memperbaiki hidup seseorang, akan sangat bijaksana jika kita juga memulainya dengan memperbaiki kehidupan kita terlebih dahulu, tentunya dengan bekal ilmu teknologi pikiran, hipnoterapi serta ilmu kehidupan yang telah kita dalami selama ini. Sehingga, pada akhirnya kita semakin sadar bahwa ketika kita melakukan hipnoterapi kepada para klien/pasien, sebenarnya kita sedang “memanusiakan manusia” itu sendiri.

(dr Achmad Chumaidi, CHt., EST)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar