Beberapa kali saya diminta perusahaan besar untuk memberi pelatihan hypno-selling pada para tenaga marketing dan sales mereka
.
Saat saya tanya apa yang ingin dicapai dengan pelatihan hypnoselling,
perusahaan menjawab, "Supaya penjualan meningkat.... supaya kalau sales
kami menawari produk ke konsumen, si konsumen bisa terhipnosis dan
pasti beli."
Walau perusahaan bersedia membayar fee yang tinggi untuk pelatihan ini, saya menolak dengan beberapa alasan penting dan mendasar. Pertama, hypnoselling bekerja tidak seperti yang dibayangkan orang. Umumnya orang berpikir yang namanya hypnoselling
itu seperti yang di televisi. Subjek dihipnosis dan setelah itu apa
saja yang disampaikan oleh hipnotis pasti akan dituruti dan dilakukan
oleh subjek. Dalam hal ini, konsumen pasti membeli apapun produk yang
ditawarkan. Pandangan ini juga mungkin terbentuk oleh informasi salah
yang ditulis di satu buku dengan topik hypnoselling yang ada di pasaran.
Kedua,
kalaupun bisa dilakukan seperti yang saya jelaskan di atas, ini namanya
manipulasi. Saya tidak setuju dengan hal ini. Pengetahuan mengenai cara
kerja pikiran mestinya digunakan untuk membantu sesama berkembang
menjadi pribadi yang lebih baik, bukan untuk manipulasi dan keuntungan
sepihak. Mengapa kita harus membuat seseorang membeli produk atau jasa
yang sebenarnya tidak ia inginkan atau butuhkan? Bagaimana kalau
posisinya dibalik, kita yang dibuat seperti itu. Bagaimana perasaan
kita?
Ketiga, untuk menguasai teknik hipnosis dengan mata terbuka (waking hypnosis)
butuh pengetahuan mendalam dan waktu yang tidak sedikit. Tidak mungkin
hanya dalam pelatihan dua atau tiga jam, atau sehari, peserta sudah
langsung menguasai dan mampu mempraktikkannya dengan cakap. Bahkan
hipnoterapis yang cakap melakukan terapi belum tentu cakap melakukan hypnoselling.
Keempat, hypnoselling terdiri atas dua kata, hypnosis dan selling. Ini adalah dua hal yang berbeda. Untuk menguasai hypnoselling seseorang harus menguasai hipnosis dengan baik dan benar, hipnosis dengan mata terbuka, dan selling.
Selling atau penjualan meliputi banyak hal, antara lain, product knowledge, kemampuan presentasi atau menjelaskan produk atau jasa, kemampuan membangun rapport, menjalin komunikasi, sikap, rasa percaya diri, keyakinan, kemampuan mengatasi penolakan (handling objection), integritas, karakter, dan masih banyak hal penting lain.
Kelima,
sebagai trainer saya perlu jujur dan tahu diri. Saya memang sangat
menguasai teknologi pikiran, khususnya hipnosis dan hipnoterapi. Saya
juga suka dengan bidang pemasaran dan penjualan (marketing dan sales). Namun, saya belum punya rekam jejak (track record) aplikasi hipnosis dalam penjualan yang bisa menjadi dasar mengajar materi hypno-selling. Trainer yang baik, menurut hemat saya, adalah trainer yang walk the talk, not just talk the talk. Ini menyangkut integritas.
Demikian pula cara berpikir yang perlu dimiliki lembaga atau perusahaan yang ingin mengundang seorang trainer mengajar hypnoselling. Perusahaan perlu memeriksa rekam jejak si trainer apakah benar ia adalah seorang penjual dengan prestasi gemilang.
Hypnoselling Menurut Saya
Saya
membagi penjualan menjadi dua bagian. Pertama, ini yang biasanya paling
sulit dilakukan, menjual kepada diri sendiri. Kedua, menjual kepada
orang lain.
Kesulitan
terbesar dalam menjual adalah si penjual tidak bisa menjual produk atau
layanannya kepada dirinya sendiri. Dengan kata lain ia tidak sepenuhnya
yakin, bangga, suka, senang, antusias dengan produk atau jasa yang ia
jual. Bila ini terjadi maka apapun yang dilakukan untuk meningkatkan
penjualan hasilnya tidak akan pernah bisa maksimal. Inilah yang saya
sebut dengan mental block.
Mental block yang menghambat biasanya adalah kepercayaan (belief) yang tidak kondusif dan tidak mendukung keberhasilan penjualan seperti:
- Saya kan sarjana, masa jualan… malu-maluin aja.
- Tidak baik mengambil untung dari orang lain.
- Saya tidak punya bakat dalam menjual.
- Pasar sudah jenuh… saat ini susah kalau mau jualan…
- Terlalu banyak saingan.
- Target terlalu berat.
- Jualan adalah kerjanya orang kelas bawah.
- Saya takut ditolak.
- dll……
Untuk bisa meningkatkan penjualan maka mental block ini harus diatasi. Ini baru satu bentuk hambatan. Hambatan lain, yang sering tidak disadari adalah emotional block.
Ini jauh lebih sulit untuk diatasi karena biasanya mengandung muatan
emosi yang (sangat) intens. Aspek hambatan mental ini yang biasanya
tidak atau kurang mendapat perhatian.
Setelah membereskan mental dan emotional block
barulah kita belajar cara efektif menjual kepada orang lain. Perusahaan
biasanya sangat banyak menghabiskan dana untuk melakukan pelatihan di
aspek ini, mulai dari product knowldege, membangun rapport, komunikasi, mengatasi keberatan atau penolakan konsumen, teknik closing, dan masih banyak hal lain yang biasa diajarkan di pelatihan penjualan.
Untuk
meningkatkan penjualan saya lebih menyarankan para penjual untuk
menjual kepada diri sendiri dan selanjutnya menggunakan LOA untuk
bertemu dengan konsumen yang memang butuh produk atau jasa yang mereka
tawarkan. Bila ini terjadi maka tidak perlu susah payah untuk meyakinkan
konsumen untuk membeli. Konsumen pasti akan membeli karena mereka
membutuhkan produk atau jasa yang ditawarkan. Dengan demikian tidak
terjadi manipulasi, tidak perlu harus menggunakan cara atau teknik
komunikasi tertentu untuk membuat, lebih tepatnya memengaruhi dan
“memaksa”, konsumen untuk membeli.
(Adi W Gunawan)
(Adi W Gunawan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar