Salah satu dari sepuluh teknik dasar induksi dalam
ranah hipnosis/hipnoterapi adalah teknik memberi kejutan pada pikiran sadar
subjek yang dilanjutkan dengan perintah masuk ke kondisi hipnosis yang dalam.
Teknik ini menjadi sangat populer karena digunakan oleh para hipnotis yang
melakukan hipnosis hiburan. Selain sangat cepat membawa subjek masuk kondisi
hipnosis, hanya dalam beberapa detik saja, teknik kejutan yang lebih dikenal
dengan shock induction juga memberikan efek kejut luar biasa terhadap
penonton karena hipnotis seolah-olah memiliki daya kuasa yang begitu hebatnya
sehingga mampu “menguasai” subjek dan hanya dengan sebuah perintah singkat
subjek langsung “tertidur”. Bahkan, bagi orang awam yang tidak mengerti,
hipnotis yang melakukan shock induction dipandang atau diyakini memiliki
kekuatan supra. Benarkah demikian? mari membedah dengan detil cara kerja shock
induction, apa yang dilakukan oleh hipnotis/hipnoterapis untuk mampu
melakukan shock induction dengan efektif, dan hal yang sebenarnya terjadi
baik di aspek fisik maupun mental subjek sehingga bisa dengan begitu cepat
masuk kondisi hipnosis yang dalam.
Syarat Melakukan Shock Induction
Syarat utama untuk melakukan shock induction,
bagi hipnotis/hipnoterapis, adalah kepercayaan diri yang tinggi, kemudian
barulah tekniknya. Siapa saja yang mencoba melakukan shock induction
tanpa rasa percaya diri yang tinggi niscaya gagal. Ada beragam cara melakukan shock
induction. Namun, bila dicermati semua pada dasarnya mengikuti proses yang
sama. Sekali seseorang telah memahami prinsip kerja induksi ini ia pasti bisa
mencipta teknik shock induction versinya sendiri. Syarat lain ada pada
klien. Apapun teknik induksi yang digunakan hanya bisa bekerja efektif bila
klien bersedia dihipnosis. Bila klien menolak, teknik apapun termasuk shock
induction tidak akan bisa bekerja efektif.
Kapan Teknik Ini Digunakan?
Teknik shock induction lebih banyak digunakan
dalam hipnosis hiburan. Hipnotis menggunakan teknik ini karena waktu yang
terbatas dan juga untuk memberikan efek hiburan maksimal.Hipnotis harus mampu
menghipnosis subjek masuk kondisi hipnosis yang (sangat) dalam untuk bisa
memunculkan berbagai fenomena trance pada kedalaman yang spesifik.
Semakin dalam subjek masuk kondisi hipnosis, semakin baik. Dalam konteks
klinis, shock induction biasanya digunakan pada klien yang “sulit”
dihiposis. Masuk dalam kategori ini adalah klien yang (sangat) analitikal,
cemas, sulit fokus, atau sedang minum obat penenang. Walau teknik ini bisa dan
sama efektifnya digunakan untuk hipnosis hiburan dan hipnoterapi tidak banyak
terapis yang menggunakannya.
Alasannya antara lain: teknik ini membutuhkan rasa
percaya diri yang tinggi. Tidak semua hipnoterapis memiliki rasa percaya diri
yang tinggi untuk melakukannya. Untuk bisa melakukannya dengan sempurna
dibutuhkan latihan yang tidak sedikit. Hipnoterapis wanita atau yang bertubuh
kecil akan mengalami kesulitan melakukan shock induction bila klien
bertubuh (jauh) lebih besar. Teknik shock induction membutuhkan kontak
fisik antara terapis dan klien, dan ini bisa menimbulkan perasaan tidak nyaman
baik pada diri terapis maupun klien. Teknik ini sulit atau kurang maksimal
dilakukan saat klien sudah duduk nyaman di kursi terapis, dalam posisi agak
berbaring, karena efek kejutan yang bisa ditimbulkan terbatas. Teknik ini
sifatnya sangat agresif dan mendominasi sehingga pada beberapa klien bisa
merasa tidak nyaman, terutama klien yang berada pada posisi otoritas atau klien
yang takut pada figur otoritas/dominan. Ada perasaan sungkan atau segan bila
dilakukan pada klien yang berusia lebih tua atau senior, bisa menimbulkan efek
negatif untuk klien yang kebetulan mengalami sakit jantung atau hipertensi.
Cara Kerja Shock Induction
Prinsip kerja shock induction sangat sederhana
karena hanya terdiri dari tiga proses. Pertama, buat pikiran sadar subjek kaget
dengan kejutan yang tidak disangka. Kedua, beri perintah singkat, tegas, suara
keras, dan dengan nada memerintah. Ketiga, lakukan deepening. Proses
yang dijelaskan di atas dilakukan dengan asumsi subjek bersedia dihipnosis. Ada
banyak cara untuk membuat subjek kaget. Dua cara yang paling sering dilakukan
adalah kejutan dalam posisi berdiri dan duduk. Cara pertama, hipnotis dan klien
berdiri saling berhadapan. Terapis menjulurkan tangan dominannya, misal tangan
kanan, seperti sedang meminta sesuatu, dengan telapak tangan menghadap ke atas,
dan meminta subjek melakukan hal yang sama tapi dengan telapak tangan menghadap
ke bawah. Selanjutnya telapak tangan subjek menekan telapak tangan terapis.
Sambil terus meminta subjek menekan telapak tangannya, terapis juga meminta
subjek untuk fokus memandang matanya sambil mulai memberi sugesti untuk rileks,
mata semakin berat, semakin ingin menutup.
Di sini terjadi dua hal penting yang berjalan pararel
pada aspek fisik dan mental atau pikiran subjek. Secara fisik, tubuh subjek
bukannya rileks tapi justru semakin tegang karena ia menekan dengan kuat
telapak tangan hipnotis. Pikiran atau mental subjek menjadi sangat fokus dan
juga mengalami kelelahan karena harus melakukan beberapa hal sekaligus yaitu
tetap menekan telapak tangan hipnotis, fokus memandang mata hipnotis, dan
mendengarkan sugesti yang diberikan. Semua ini membutuhkan banyak energi
mental. Saat pikiran sadar dibuat sibuk melakukan berbagai hal ini faktor
kritis menjadi lemah. Dengan subjek fokus sebenarnya ia sudah mulai masuk
kondisi hipnosis, minimal light trance. Saat hipnotis melihat mata
subjek mulai lelah, mulai berkedip, dan mulai menutup, dan tanpa subjek sangka,
dengan tiba-tiba, dengan cepat hipnotis menarik tangannya sehingga subjek
kaget. Pada saat inilah, hanya pada saat subjek kaget dan tidak sebelumnya,
hipnotis memberi sugesti singkat dengan nada yang tegas, keras, dan memerintah,
“Tidur”. Subjek merespon dengan menutup mata dan langsung masuk kondisi
hipnosis
.
Perintah ini harus singkat dan dimengerti oleh subjek
karena memanfaatkan celah waktu yang sangat sempit, antara 0,5 sampai ¾ detik,
saat gerbang pikiran bawah sadar terbuka akibat kaget. Ketepatan waktu
pemberian perintah sangatlah penting. Bila perintah diberikan sebelum subjek
kaget, saat tangan belum ditarik, atau satu detik setelah subjek kaget maka
tidak akan berhasil karena gerbang pikiran bawah sadar tertutup.Saat perintah
“tidur” masuk ke pikiran bawah sadar dan dijalankan, bisa terjadi hal yang
riskan. Hipnotis pemula dan tidak berpengalaman biasanya tidak mengantisipasi
hal ini. Subjek bisa tiba-tiba lemas, tubuhnya jatuh ke arah belakang. Ini bisa
fatal karena dapat menimbulkan cedera, terutama di bagian belakang kepala
karena membentur lantai. Kemungkinan kedua, subjek terkulai dan jatuh ke depan
ke arah hipnotis. Hipnotis yang tidak siap dengan hal ini akan kaget dan turut
jatuh karena tertindih oleh subjek. Kemungkinan ketiga, hipnotis yang memang
telah siap dengan kemungkinan subjek jatuh ke depan, menahan tubuh subjek yang
bersandar di tubuhnya. Kontak fisik ini, di mana hipnotis harus menahan tubuh
subjek dengan merangkul, menjadi kurang pantas bila hipnotis dan subjek
berlainan jenis.
Mari kita amati lagi respon yang terjadi pada fisik
dan pikiran subjek. Di tahap awal, saat subjek diminta menekan tangan hipnotis,
yang terjadi adalah tubuh subjek menjadi tegang. Pikiran subjek diminta fokus
tetap mempertahankan tekanan tangannya dan juga fokus memandang mata hipnotis.
Hipnotis selanjutnya memberi sugesti mata menjadi berat, mengantuk, dan ingin
menutup. Sampai di tahap ini pikiran subjek mulai rileks.Di sini tampak bahwa
respon tubuh fisik subjek tidak sejalan dengan respon pikirannya. Respon fisik
menjadi sejalan dengan respon pikiran saat tekanan tangan dilepas tiba-tiba dan
hipnotis memberi perintah “tidur”. Itu sebabnya subjek langsung lemas dan
terkulai. Subjek sebenarnya tidak tidur namun masuk kondisi hipnosis yang dalam
dan tampak seperti tidur. Kondisi hipnosis tidak sama dengan tidur. Dalam
kondisi hipnosis subjek masih tetap sadar dan bisa berkomunikasi dengan
hipnotis. Sedangkan saat tidur subjek tidak bisa diajak komunikasi karena tidak
sadar.
Namun tidak semua subjek berespon seperti ini. Ada
juga subjek yang kaget dan justru tubuhnya menjadi kaku dan matanya tetap
terbuka. Bila ini terjadi hipnotis hanya perlu meminta subjek menutup
mata.Subjek yang telah mendapat perintah tidur dan masuk ke kondisi hipnosis
tidak berarti akan terus berada di kedalaman ini. Bila tidak dilakukan deepening
atau dipertahankan di kedalaman ini subjek pasti akan naik kembali ke kondisi
sadar normal. Untuk itu hipnotis perlu melakukan deepening. Ada dua cara
melakukan deepening. Pertama, hipnotis yang melakukannya dengan
memberikan sugesti. Hipnotis akan menghitung mulai angka 1, 2, 3, dan
seterusnya sambil mensugestikan seiring dengan hitungan yang didengarnya,
subjek semakin masuk ke kondisi hipnosis yang semakin dalam, semakin rileks
baik secara fisik maupun mental. Cara kedua adalah hipnotis meminta subjek yang
menghitung mulai angka 1, 2, 3, dan seterusnya, hitungan dilakukan di dalam
hati, sambil meniatkan dengan setiap hitungan yang ia lakukan, ia semakin
rileks. Umumnya hipnotis menggunakan kalimat “tidur semakin lelap” atau “tidur
semakin dalam”. Cara lain melakukan deepening adalah dengan memutar
lembut kepala subjek searah jarum jam sambil diberi sugesti menjadi semakin
rileks. Putaran kepala ini mengakibatkan subjek mengalami kehilangan
keseimbangan mental (loss of mental equilibirum) sehingga semakin masuk
ke kondisi hipnosis yang dalam.
Uraian di atas adalah shock induction dengan
meminta subjek menekan tangannya pada tangan hipnotis. Cara lain yang biasa
digunakan adalah dengan mengajak subjek bersalaman, baik dalam posisi berdiri
maupun duduk. Setelah menggenggam tangan subjek, sambil digerak-gerakkan secara
acak dengan tujuan untuk membuat bingung pikiran sadar subjek, hipnotis
mengajak bicara subjek. Pikiran subjek tentu bingung dan penasaran karena tidak
tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Sambil bicara hipnotis mengamati wajah
dan mata subjek. Di saat yang sama sekali tidak disangka hipnotis menyentak
keras tangan subjek yang digenggamnya dan mengakibatkan subjek kaget. Saat
kaget inilah hipnotis memberi sugesti “Tidur”. Proses selanjutnya sama seperti
yang dipaparkan di atas.
Kejutan dengan cara menyentak tangan subjek juga bisa
berakibat tidak baik. Bila sentakan dilakukan terlalu kuat dan tubuh subjek
tidak bisa menahan sentakan ini dapat mengakibatkan masalah pada sendi bahu
atau otot lengan cedera. Posisi tubuh lainnya yang bisa digunakan saat
melakukan shock induction adalah dengan posisi duduk di kursi. Dalam hal
ini hipnotis duduk di sebelah kanan subjek dan meminta subjek menekan
tangannya. Proses selanjutnya sama dengan yang di atas. Bila dilakukan sambil
duduk di kursi subjek hanya bisa jatuh ke depan. Di sini terapis perlu tanggap
untuk bisa menahan tubuh subjek.
Cara Aman Melakukan Shock Induction
Dalam konteks terapi, cara yang aman melakukan shock
induction, dari pengalaman kami, adalah dengan posisi duduk. Klien sudah
duduk di kursi terapi, dalam posisi agak berbaring, dan terapis duduk di
sebelah kanannya. Kemudian minta klien menekan tangan kanan terapis.
Selanjutnya lakukan seperti yang telah dijelaskan di atas.
Dalam posisi duduk ini, saat terjadi kejutan, klien
akan tetap duduk di kursi, tidak akan jatuh ke belakang atau ke depan. Ini
tentu sangat aman baik untuk klien maupun terapis. Kelemahan posisi ini adalah
efek kejutan yang ditimbulkan tidak sekuat bila klien dalam posisi berdiri.
Namun, tetap bisa bekerja dengan baik
(Adi W
Gunawan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar