Tips Menyusun SOP

Prosedur operasional standar/ Standard Operating Procedure (SOP) digunakan oleh suatu organisasi untuk memberi jejak arsip dan keseragaman tindakan operasionalnya. Penyusuan SOP berbeda setiap organisasi. Dalam praktiknya tidak semua SOP yang dibuat dapat diterapkan dalam kegiatan operasional, bahkan parahnya SOP hanya sekadar dokumen yang diletakkan di rak atau lemari karena ia tidak dapat difungsikan sebagaimana mestinya. Oleh karena itulah, perlu cara tepat menyusun standar operasional prosedur (SOP).

Dua fungsi dasar SOP yang menjadi fungsi esensial bisa digambarkan sebagai berikut:

1. Sebagai rujukan knowledgebase bagi kegiatan operasional yang senantiasa diperbarui
Tindakan-tindakan pekerjaan semisal alur pemasaran dan penjualan, pengiriman barang dari logistik, hingga pelayanan pelanggan semua akan tertata dengan rapi (terstruktur) dengan merujuk pada knowledgebase (baca: SOP) ini. SOP disarankan bahkan diharuskan untuk diperbarui apabila adanya alur kerja yang berubah sehingga harus adanya pembaruan berdasarkan keputusan auditor “jaminan mutu”.

Mengapa yang Hebat Bisa Jatuh?

Suatu ketika Jim Collins, penulis buku terkenal The Mighty Fall, diundang ke West Point untuk memimpin diskusi yang diikuti oleh mahasiswa-mahasiswa hebat. Siapa mereka? Duabelas orang jenderal Angkatan  Bersenjata AS, 12 orang Chief Executive Officer (CEO), dan 12 orang pemimpin sektor sosial. Tatkala diminta untuk memimpin diskusi dengan topik tentang Amerika, Jim bingung: mengerti apa saya?

Tapi ia kemudian menemukan satu isu menarik untuk diangkat, yakni sanggupkah Amerika menegakkan kembali kebesarannya, ataukah Amerika tengah menuju titik bawah dari negara hebat menjadi negara biasa? Sejarah menunjukkan, kata Jim, bahwa yang hebat bisa jatuh. Dan itu berulang kali terjadi seperti ditunjukkan oleh Kerajaan Mesir kuno, Dinasti Chou, Athena, Roma. Bahkan Inggris yang selama satu abad pernah menjadi kekuatan adidaya global pun berkurang pengaruhnya. Bisakah AS bertahan?

Mengapa Training Tidak Memberikan Manfaat

Ya, pertanyaan ini seringkali dilontarkan para direktur setelah mengobservasi hasil dari training yang diikuti para manajer atau supervisornya. Menurut para direktur, banyak TRAINING yang ternyata gagal merubah perilaku / ketrampilan pesertanya. Padahal  perusahaan menghabiskan banyak dana untuk kegiatan training tersebut. Adakah yang salah ?


Ini dia jawabannya:
Para pelaku bisnis Indonesia, sebaiknya anda tahu bahwa sejatinya ada 4 level outcome dari Training (berbasis Kirkpatrick Model), yakni:
Level 1 – Reaction – dimana peserta  merasa PUAS mengikuti training
  • Aktifitas nya meliputi : Training + Satisfaction Feedback
Level 2 – Learning – dimana peserta diajarkan  KNOWLEDGE baru
  • Aktifitas nya meliputi: Training + Pre Test + Post Test

5 Cara Memperoleh Modal Usaha

Ketika berpikir untuk membuat sebuah usaha, perlu dipertimbangkan ide usaha, skala usaha, kompetisi, permintaan pasar, tenaga kerja, serta yang sangat penting untuk dipikirkan adalah ketersediaan modal usaha beserta sumbernya. Modal bagaikan fondasi awal sebuah usaha yang akan dibangun. Tetapi perlu diingat modal bukan hanya sekedar uang atau aset, tetapi juga bisa dalam wujud pengetahuan terhadap usaha tersebut, pengalaman, keberanian, serta networking. Namun dari beberapa modal yang disebutkan di atas, kebanyakan calon pengusaha menemui kendala besar dalam mendapatkan modal berupa uang atau aset.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami akan membahas informasi mengenai cara memperoleh modal usaha untuk Anda yang hendak memulai bisnis skala kecil maupun menengah. Ada beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk mendapatkan dana usaha, diantaranya :