Semua
amal adalah tergantung niatnya. Sedangkan yang tahu niat dan perbuatan
seseorang adalah individu yang bersangkutan dan Tuhan yang Maha tahu. Esensi ilmu
ikhlas adalah melakukan perbuatan tanpa disertai kepentingan pribadi atau
iming-iming imbalan duniawi, tujuannya hanya mengharap ridha Allah SWT.
Mempelajari ilmu ikhlas adalah gampang-gampang susah. Memang banyak teori
tentang ilmu ikhlas tetapi kenyataannya mempraktekannya tidak segampang teorinya. Sulit memang menjaga hati dan
pikiran untuk selalu ikhlas dalam beramal. Akan ada saja godaan dan bisikan
yang mengganggu kemurnian dan kesucian jiwa kita. Bahkan ahli tasawuf mengangap
ilmu ikhlas adalah ilmu yang tertinggi di alam semesta ini. Bagaimana tidak?
Karena penyerahan total kepada yang maha kuasa adalah esensi hidup ini.
Ilmu ikhlas : pamrih hanya kepada Allah SWT
Dalam
kitab suci disebutkan : ”sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku
hanya untuk Allah, tuhan semesta alam” . Dari ayat tersebut jelas memang bahwa
ikhlas adalah penyerahan total segala urusan hanya untuk mengharap ridha Tuhan yang
maha kuasa. Lantas apakah melaksanankan ibadah untuk mengharap janji tuhan
yaitu masuk ke surga disebut tidak ikhlas? Apakah melaksanakan sholat tahajud
dan mengharap kemudahan rezeki dari tuhan disebut tidak ikhlas? Apakah melaksanakan
sholat dhuha dan mengharap kemudahan urusan disebut tidak ikhlas?
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu, Tuhan yang Maha mengabulkan doa, bahkan tuhan menyuruh kita untuk selalu berdoa dan berharap hanya kepada Allah SWT. Jadi, berharap dan pamrih dalam melaksanankan ibadah hanya kepada Allah SWT adalah termasuk perbuatan ikhlas. Melaksanakan sholat lima waktu dan pamrih kepada Allah agar dimasukkan kedalam surga adalah perbuatan ikhlas, mengerjakan sholat tahajud dan berharap kepada Allah SWT agar dipertemukan jodohnya adalah perbuatan ikhlas. Jadi ilmu ikhlas adalah berharap dan pamrih hanya kepada Allah SWT. Disebut tidak ikhlas jika pamrih dan berharap kepada selain Allah SWT.
Ilmu Ikhlas : amal terang-terangan atau diam-diam?
Ada
cerita suatu hari Pak Deni ingin
melakukan sedekah kepada anak yatim di sekitar tempat tinggalnya. Karena ingin
menjaga ikhlasnya maka pak Deni berniat melakukan amalan sedekah ini secara
diam-diam agar tidak dianggap riya (pamer). Sore itu ba’da magrib pak Deni
secara diam-diam datang ke rumah anak yatim yang sudah ia rencanakan dengan
membawa amplop yang telah Ia isi dengan sejumlah uang. Setelah sampai di rumah
anak yatim tersebut, pak Deni meletakkan amplop yang telah diisi uang ke
sela-sela bawah pintu rumah anak yatim. Setelah selesei, pak deni cepat-cepat
pulang karena takut diketahui orang lain. Pak deni merasa sangat puas karena
amalan ibadah sedekahnya terhindar dari riya dan merasa dirinya adalah orang
yang ikhlas karena hanya dirinya dan Tuhan yang tahu amalan sedekah itu.
Cerita
yang kedua, pak Bardi yang seorang pengusaha berniat memperluas usahanya dengan
membuka kantor cabang baru. Agar usaha di kantor cabang yang baru bertambah
maju, pak Bardi berniat mengundang anak yatim ke acara pembukaan kantor
cabang baru tersebut. Setelah semua dipersiapkan akhirnya hari yang
ditungu-tungu tiba juga, Pak bardi beserta para karyawan duduk bersama 50 anak
yatim di acara pembukaan kantor cabang baru. Kemudian di tengah acara pak
Bardi secara terang-terangan di hadapan para karyawan memberikan sedekah
sejumlah uang tunai dan meminta doa dari anak yatim agar usaha barunya dapat
berkembang dan bertambah maju.
Dari kedua
ilustrasi dapat kita amati, bahwa pak deni melakukan amalan sedekah secara
diam-diam karena takut dianggap riya dan tercemar kadar ikhlasnya jika
diketahui orang lain. Kemudian cerita kedua, pak bardi secara terang-terangan
melakukan sedekah kepada anak yatim di depan karyawannya bahkan beliau juga
meminta doa agar usahanya bertambah maju. Memang sangat terasa pamer dan pamrih
sedekah yang dilakukan pak Bardi ini. Jadi dalam ilmu ikhlas mana yang lebih
utama? Amalan diam-diam atau terang-terangan? Sebenarnya pamrih atau berharap
dalam melakukan amalan adalah bagian dari ilmu ikhlas, selama pamrihnya hanya
kepada Allah SWT. Bersedekah kepada anak yatim dan meminta doa seperti yang
dilakukan pak Bardi adalah lebih utama.
Karena doa anak yatim adalah sangat didengar oleh Allah SWT. Kemudian pak Bardi melakukan sedekah di depan para karyawan adalah diperbolehkan selama niatnya adalah memberi contoh dan motivasi kepada karyawannya agar melakukan hal yang sama. Malah pahalanya akan sangat besar jika kita berhasil mengajak orang untuk melakukan perbuatan baik. Jadi, dalam ilmu ikhlas suatu amalan akan lebih utama jika dilakukan secara terang-terangan dengan tujuan mengajak atau memberi contoh orang lain untuk melakukan suatu kebaikan dan hanya mengharap ridha Allah Tuhan yang maha kuasa.
Karena doa anak yatim adalah sangat didengar oleh Allah SWT. Kemudian pak Bardi melakukan sedekah di depan para karyawan adalah diperbolehkan selama niatnya adalah memberi contoh dan motivasi kepada karyawannya agar melakukan hal yang sama. Malah pahalanya akan sangat besar jika kita berhasil mengajak orang untuk melakukan perbuatan baik. Jadi, dalam ilmu ikhlas suatu amalan akan lebih utama jika dilakukan secara terang-terangan dengan tujuan mengajak atau memberi contoh orang lain untuk melakukan suatu kebaikan dan hanya mengharap ridha Allah Tuhan yang maha kuasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar