The Power of "Ilmu Ikhlas"

Ilmu Ikhlas | Raiza Rara 
 
Semua amal adalah tergantung niatnya. Sedangkan yang tahu niat dan perbuatan seseorang adalah individu yang bersangkutan dan Tuhan yang Maha tahu. Esensi ilmu ikhlas adalah melakukan perbuatan tanpa disertai kepentingan pribadi atau iming-iming imbalan duniawi, tujuannya hanya mengharap ridha Allah SWT. Mempelajari ilmu ikhlas adalah gampang-gampang susah. Memang banyak teori tentang ilmu ikhlas tetapi kenyataannya mempraktekannya tidak segampang  teorinya. Sulit memang menjaga hati dan pikiran untuk selalu ikhlas dalam beramal. Akan ada saja godaan dan bisikan yang mengganggu kemurnian dan kesucian jiwa kita. Bahkan ahli tasawuf mengangap ilmu ikhlas adalah ilmu yang tertinggi di alam semesta ini. Bagaimana tidak? Karena penyerahan total kepada yang maha kuasa adalah esensi hidup ini.

Ilmu ikhlas : pamrih hanya kepada Allah SWT

Dalam kitab suci disebutkan : ”sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah, tuhan semesta alam” . Dari ayat tersebut jelas memang bahwa ikhlas adalah penyerahan total segala urusan hanya untuk mengharap ridha Tuhan yang maha kuasa. Lantas apakah melaksanankan ibadah untuk mengharap janji tuhan yaitu masuk ke surga disebut tidak ikhlas? Apakah melaksanakan sholat tahajud dan mengharap kemudahan rezeki dari tuhan disebut tidak ikhlas? Apakah melaksanakan sholat dhuha dan mengharap kemudahan urusan disebut tidak ikhlas? 

 Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu, Tuhan yang Maha mengabulkan doa, bahkan tuhan menyuruh kita untuk selalu berdoa dan berharap hanya kepada Allah SWT. Jadi, berharap dan pamrih dalam melaksanankan ibadah hanya kepada Allah SWT adalah termasuk perbuatan ikhlas. Melaksanakan sholat lima waktu dan pamrih kepada Allah agar dimasukkan kedalam surga adalah perbuatan ikhlas, mengerjakan sholat tahajud dan berharap kepada Allah SWT agar dipertemukan jodohnya adalah perbuatan ikhlas. Jadi ilmu ikhlas adalah berharap dan pamrih hanya kepada Allah SWT. Disebut tidak ikhlas jika pamrih dan berharap kepada selain Allah SWT.

Ilmu Ikhlas : amal terang-terangan atau diam-diam?

Ada cerita suatu hari Pak  Deni ingin melakukan sedekah kepada anak yatim di sekitar tempat tinggalnya. Karena ingin menjaga ikhlasnya maka pak Deni berniat melakukan amalan sedekah ini secara diam-diam agar tidak dianggap riya (pamer). Sore itu ba’da magrib pak Deni secara diam-diam datang ke rumah anak yatim yang sudah ia rencanakan dengan membawa amplop yang telah Ia isi dengan sejumlah uang. Setelah sampai di rumah anak yatim tersebut, pak Deni meletakkan amplop yang telah diisi uang ke sela-sela bawah pintu rumah anak yatim. Setelah selesei, pak deni cepat-cepat pulang karena takut diketahui orang lain. Pak deni merasa sangat puas karena amalan ibadah sedekahnya terhindar dari riya dan merasa dirinya adalah orang yang ikhlas karena hanya dirinya dan Tuhan yang tahu amalan sedekah itu.

Cerita yang kedua, pak Bardi yang seorang pengusaha berniat memperluas usahanya dengan membuka kantor cabang baru. Agar usaha di kantor cabang yang baru bertambah maju, pak Bardi berniat mengundang anak yatim ke acara pembukaan kantor cabang baru tersebut. Setelah semua dipersiapkan akhirnya hari yang ditungu-tungu tiba juga, Pak bardi beserta para karyawan duduk bersama 50 anak yatim di acara pembukaan kantor cabang baru. Kemudian di tengah acara pak Bardi secara terang-terangan di hadapan para karyawan memberikan sedekah sejumlah uang tunai dan meminta doa dari anak yatim agar usaha barunya dapat berkembang dan bertambah maju.

Dari kedua ilustrasi dapat kita amati, bahwa pak deni melakukan amalan sedekah secara diam-diam karena takut dianggap riya dan tercemar kadar ikhlasnya jika diketahui orang lain. Kemudian cerita kedua, pak bardi secara terang-terangan melakukan sedekah kepada anak yatim di depan karyawannya bahkan beliau juga meminta doa agar usahanya bertambah maju. Memang sangat terasa pamer dan pamrih sedekah yang dilakukan pak Bardi ini. Jadi dalam ilmu ikhlas mana yang lebih utama? Amalan diam-diam atau terang-terangan? Sebenarnya pamrih atau berharap dalam melakukan amalan adalah bagian dari ilmu ikhlas, selama pamrihnya hanya kepada Allah SWT. Bersedekah kepada anak yatim dan meminta doa seperti yang dilakukan pak Bardi adalah lebih utama. 

Karena doa anak yatim adalah sangat didengar oleh Allah SWT. Kemudian pak Bardi melakukan sedekah di depan para karyawan adalah diperbolehkan selama niatnya adalah memberi contoh dan motivasi kepada karyawannya agar melakukan hal yang sama. Malah pahalanya akan sangat besar jika kita berhasil mengajak orang untuk melakukan perbuatan baik. Jadi, dalam ilmu ikhlas suatu amalan akan lebih utama jika dilakukan secara terang-terangan dengan tujuan mengajak atau memberi contoh orang lain untuk melakukan suatu kebaikan dan hanya mengharap ridha Allah Tuhan yang maha kuasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar