Merek dapat diartikan sebagai sebuah nama yang mewakili produk secara
keseluruhan. Baik produk itu sendiri, jasa yang diberikan produk
tersebut, perusahaan yang memproduksi, dan hal-hal terkait lainnya.
Semua itu merupakan suatu kesatuan yang diwakili oleh sebuah simbol yang
bernama merek.
Merek yang melabeli sebuah produk dan sebagai
wakil dari sesuatu yang dipasarkan menjadi penanda bagi sebuah produk
sekaligus pembeda dengan produk-produk lainnya. Merek sendiri berfungsi
sebagai value indicator yaitu menggambarkan seberapa kokoh value atau
nilai yang ditawarkan kepada pelanggan. Jadi, merek menggambarkan nilai
yang ditawarkan dan mempunyai peranan penting bagi konsumen dalam
menetapkan pilihannya. Oleh karena itu, persaingan merek saat ini begitu
dominan. Merek dianggap sebagai aset perusahaan yang paling berharga.
Merek
mempunyai kontribusi yang sangat penting bagi jalannya sebuah industri,
apapun bentuknya. Merek mempunyai berbagai peran, diantaranya adalah:
- Merek yang sukses dapat menjadi penghambat munculnya merek-merek baru yang mewakili produk-produk dari pesaing
- Menjadi pembeda dengan produk lainnya.
- Sebagai alat bagi perusahaan untuk mencapai nilai ekonomis.
Contoh : Nokia, Sony Ericsson, Motorola, dan lain-lain.
KONSEP EKUITAS MEREK
Ekuitas merek adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang
berkaitan dengan suatu merek, nama dan simbolnya, yang menambah atau
mengurangi nilai yang diberikan oleh suatu barang atau jasa kepada
perusahaan dan para pelanggan perusahaan. (David A. Aaker, 1997)
Teori-teori Tentang Ekuitas Merek
Secara umum menurut Farquhar perspektif nilai ekuitas merek dapat dilihat dari 3 sudut pandang, yaitu :
1. Perspektif perusahaan (firm’s perspective)
2. Perspektif perdagangan (trade’s persepective)
3. Perspektif konsumen secara individual (individual consumer’s perspective)
Menurut
Farquhar, terdapat tiga cara untuk memperoleh ekuitas merek, yaitu
dengan cara membangun (built it), meminjam (borrow it), dan membelinya
(buy it),
Dalam membangun sebuah merek yang kuat menurut Farquhar ada tiga elemen yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. A Positive Brand Evaluation
Agar
sebuah merek mendapatkan positive evaluation dalam benak konsumen,
sebuah perusahaan harus mempunyai sebuah produk yang berkualitas.
2. An Accessible Brand Attitude
Accessible brand attitude menunjukkan seberapa cepat sebuah individu dapat menyimpan merek dalam ingatannya.
3. A consistent brand image.
Sedangkan Kevin Lane Keller memperkenalkan konsep brand equity yang
berdasarkan pada pelanggan (customer based brand equity), yang berarti pengetahuan akan merek (brand knowledge) yang dimiliki pelanggan membutuhkan tanggapan pemasaran yang berbeda-beda untuk membangun suatu merek. Brand knowledge menurut Keller dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Brand awareness
Brand
awareness adalah kemampuan dari konsumen untuk mengidentifikasi merek
dalam kondisi yang berbeda-beda, yang terdiri dari brand recognition dan
brand recall.
2. Brand image..
Brand image adalah persepsi dari
konsumen akan sebuah merek yang muncul (reflected) dari asosiasi suatu
merek yang ada diingatan konsumen.
Ekuitas merek dapat dikelompokkan dalam empat kategori yang meliputi:
1. Kesadaran merek (brand awareness)
Kesadaran
merek (brand awareness) menunjukkan kesanggupan seorang calon pembeli
untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan
bagian dari kategori produk tertentu.
2. Asosiasi merek (brand association)
Asosiasi
merek (brand association) menunjukkan pencitraan suatu merek terhadap
suatu kesan tertentu dalam kaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup,
manfaat, atribut produk, geografis, harga, selebritis (spoke person) dan
lain-lain.
3. Persepsi kualitas (Perceived quality)
mencerminkan persepsi pelanggan terhadap keseluruhan
kualitas/keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkenaan dengan maksud yang diharapkan.
4. Loyalitas merek (brand loyalty)
Loyalitas merek (Brand loyalty) mencerminkan tingkat
keterikatan
konsumen dengan suatu merek produk Teori dari Aaker ini akan dibahas
lebih dalam lagi pada bagian selanjutnya, sebagai landasan teori yang
dipakai dalam penelitian ini (Durianto,dkk,2001:4).
Aaker dan Keller adalah peneliti yang paling popular yang meneliti
bidang ini dan mereka berdua mempunyai pandangan mengenai konsep brand
equity yang terkenal dan digunakan secara luas. Keduanya memiliki sudut
pandang yang sama yaitu berorientasi pada konsumen dan menitik beratkan
pada kepentingan dari brand awareness dan brand association. Konsep
brand equity dari Aaker memiliki kelebihan karena didalamnya juga
membahas akan aspek perceivedquality dan meskipun Aaker tidak membahas
brand attitude sebagai dimensibrand equity seperti Farquhar, tetapi
Aaker menggunakan konsep yang sangat mirip yang dinamakan brand loyalty.
Loyalitas disini pada akhirnya menunjukkan perilaku yang sangat kuat
(Sanna,2003:15). Seperti yang dijelaskan pada awal, dalam penelitian ini
tidak mengukur brand equity secara eksak, karena itu memahami komponen
brand equity yang dikembangkan Aaker akan sangat membantu dan akan
dibahas lebih dalam pada bagian selanjutnya dalam penelitian ini.
Kategori Ekuitas Merek
Aset dan liabilitas yang mendasari ekuitas merek berhubungan dengan
nama
atau sebuah simbol sehingga jika dilakukan perubahan terhadap nama dan
simbol merek, beberapa atau semua aset dan liabilitas yang menjadi dasar
ekuitas merek akan berubah pula.(Durianto,dkk, 2001:4). Aset dan
liabilities yang menjadi dasar ekuitas merek tersebut dapat
dikelompokkan menjadi lima kategori yaitu :(Aaker,1997: 23).
1. Loyalitas merek (brand loyalty)
2. Kesadaran merek (brand awareness)
3. Kesan kualitas (perceived quality)
4. Asosiasi merek (brand association)
5. Aset-aset merek lainnya
Keempat elemen ekuitas merek diluar aset-aset merek lainnya dikenal
dengan elemen-elemen utama dari ekuitas merek, elemen ekuitas merek yang
kelima secara langsung akan dipengaruhi oleh kualitas dari empat elemen utama
tersebut.
• Aset-aset dalam ekuitas merek ini dapat membantu pelanggan dalam
menafsirkan, memproses dan menyimpan informasi yang terkait dengan
produk dan merek tersebut
• Ekuitas merek dapat mempengaruhi rasa
percaya diri konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian atas dasar
pengalaman masa lalu dalam penggunaan atau kedekatan, asosiasi dengan
berbagai karateristik merek
• Kesan kualitas dan asosiasi merek dapat menguatkan konsumen dengan pengalaman menggunakannya.
Selanjutnya ekuitas merek juga mampu memberikan nilai pada
perusahaan, karena (Aaker, 1997:26):
1.
Ekuitas merek yang kuat dapat mempertinggi keberhasilan program dalam
memikat konsumen baru atau merangkul kembali konsumen lama. Promosi yang
dilakukan juga akan lebih efektif jika merek sudah dikenal, ekuitas
merek juga dapat menghilangkan keraguan konsumen terhadap kualitas merek
2.
Empat dimensi ekuitas merek yaitu kesadaran merek, kesan kualitas,
asosiasi merek, dan aset merek lainnya dapat mempengaruhi alasan
pembelian konsumen dan mempengaruhi kepuasan konsumen dengan kata lain
dapat menguatkan loyalitas pada merek. Bahkan seandainya keempat
dimensi
tersebut diatas tidak penting dalam proses pemilihan merek, loyalitas
merek tetap dapat mengurangi rangsangan untuk mencoba merek-merek lain.
Loyalitas merek yang dimiliki juga merupakan hal penting dalam merespon
inovasi yang dilakukan para pesaing.
3. Ekuitas merek yang kuat
memungkinkan perusahaan memperoleh margin yang lebih tinggi dengan
menetapkan harga premium (premium price), dan mengurangi ketergantungan
pada promosi yang membutuhkan biaya
yang besar tersebut, sehingga dapat diperoleh laba yang tinggi.
4.
Ekuitas merek yang kuat juga dapat digunakan sebagai dasar untuk
pertumbuhan dan perluasan merek kepada produk lainnya atau menciptakan
bidang bisnis baru yang terkait yang biayanya akan jauh lebih mahal
untuk dimasuki tanpa merek yang memiliki ekuitas merek tersebut.
5.
Ekuitas merek yang kuat juga dapat meningkatkan penjualan karena mampu
menciptakan loyalitas pada saluran distribusi, supermarket/took dan
pengecer lainnya tidak akan ragu bahkan mencari produk yang memiliki
ekuitas merek yang tinggi untuk dijual kepada konsumen, sehingga dapat
memperbesar volume penjualan produk tersebut.
6. Aset-aset ekuitas
merek juga dapat memberikan keuntungan kompetitif bagi perusahaan dengan
memanfaatkan celah-celah yang tidak dimiliki pesaing, yang menghadirkan
rintangan nyata terhadap competitor.
MENINGKATKAN EKUITAS MEREK
Ekuitas merek tergantung pada upaya membangun merek (bran-building
effort) yang dilakukan. Dan nilai ekuitas ini akan berubah-ubah naik
atau turun tergantung pada upaya yang dilakukan.
Upaya-upaya
meningkatkan ekuitas merek merupakan hal yang penting. Karena ekuitas
merek yang tinggi tidak terjadi dengan sendirinya. Melainkan dapat
ditingkatkan dengan cara-cara tertentu. Cara untuk meningkatkan ekuitas
merek dapat dilakukan dengan memilih nama atau logo identitas merek yang
baik. Selain itu bisa juga melalui program pemasaran dan komunikasi
pemasaran. Usaha komunikasi pemasaran yang efektif dan konsisten sangat
dibutuhkan untuk membangun dan mempertahankan ekuitas merek.
Merek
produk yang memilik ekuitas yang tinggi adalah produk yang memiliki
kualitas tinggi dan merepresentasikan nilai yang baik. Semakin tinggi
ekuitas merek, akan semakin tinggi pula value yang akan diberikan merek
tersebut kepada konsumen. Apabila ekuitas merek meningkat, maka akan
menumbuhkan loyalitas konsumen pada produk atau merek tersebut.
CO-BRANDING DAN INGREDIENT BRANDING
Co-Branding merupakan bentuk aliansi dua atau tiga merek dalam suatu
kemitraan yang secara potensial dapat meningkatkan ekuitas merek
masing-masing, termasuk profitabilitas mereka. Persyaratan yang paling
penting bagi kesuksesan co-branding adalah adanya “kesesuaian yang
logis” (logical fit) antara kedua merek, sehingga merek yang telah
beraliansi dapat memaksimalkan kekuatan tiap-tiap merek dan meminimumkan
kelemahannya.
Misalnya, co-branding yang terjadi antara brand Happy
Meal dari McDonald dengan brand Disney. Happy Meal merupakan lini produk
McDonald yang ditargetkan untuk anak-anak dan Disney merupakan produsen
film, karakter dan media hiburan lain yang memiliki target utama yang
sama. McDonald berhak menggunakan karakter mainan dari film Disney untuk
meningkatkan daya tarik dari produk mereka dan Disney memperoleh
keuntungan berupa promosi film mereka yang baru.
Ingredient branding
adalah jenis khusus dari aliansi antar merek. Penggunaan merek
ingredient memiliki keuntungan dan kerugian bagi merek utama. Keuntungan
penggunaan merek ingredient adalah mampu meningkatkan ekuitas dari
merek utama. Misalnya, rokok Malboro yang kini menggandeng Sampoerna
untuk memasarkan produknya di Indonesia. Hal ini terlihat dari iklan
Malboro yang mencantumkan kalimat: Rokok yang dibuat dengan cengkeh asli
Indonesia.
Sebaliknya, ingredient branding pun memiliki kelemahan
yaitu risiko bagi merek utama hanya dianggap sebagai barang komoditas.
Hal ini mungkin saja terjadi bila ekuitas merek ingredient amat besar
sehingga mengalahkan merek utama.
MENYUSUN KONSEP MEREK
Komunikasi pemasaran memiliki peran kunci dalam membentuk citra merek
dan dalam meningkatkan penjualan sebuah merek. Ketatnya situasi
persaingan usaha, perkembangan teknologi, dan perubahan perilaku
konsumen membuat pemasar harus menerapkan komunikasi pemasaran terpadu.
Strategi penempatan merek adalah salah satu strategi dalam komunikasi
pemasaran terpadu. Strategi ini dinilai lebih efektif dibandingkan
strategi komunikasi iklan melalui media televisi. Konsep strategi
penempatan merek sudah ada sejak lama dan terus berkembang seiring
dengan perkembangan peradaban manusia. Dengan mempelajari, memahami dan
mengimplementasikan strategi tersebut, perusahaan dapat memaksimalkan
sumber daya yang dimilikinya untuk mencapai tujuan komunikasi pemasaran
secara efektif dan efisien.
Brand-concept management adalah upaya
untuk meningkatkan ekuitas dan loyalitas konsumen yang berkelanjutan.
Dimana manajemen konsep merek ini dapat didefinisikan sebagai proses
perencanaan, implementasi, dan pengendalian suatu konsep merek sepanjang
masa hidup merek tersebut. Menyusun suatu konsep atau arti merek yang
spesifik dapat dicapai melalui pemenuhan salah satu dati tiga kategori
kebutuhan konsumen, yaitu kebutuhan fungsional, kebutuhan simbolik, atau
experiential. Konsumen mempunyai kebutuhan, sedangkan merek mepunyai
atribut dan cirri yang dapat memuaskan kebutuhan-kebutuhan tersebut.
Oleh karena itu, manfaat merek adalah kemampuannya dalam memuaskan
kebutuhan konsumen.
Manajemen konsep merek yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan fungsional (functional needs) berusaha untuk
menyediakan solusi bagi masalah-masalah konsumsi atau potensi
permasalahan yang dapat dihadapi oleh konsumen. Pemenuhan kebutuhan
fungsional adalah bentuk yang paling nyata dari manajemen konsep merek.
Secara berkala, pemasar consumer goods juga berusaha untuk memenuhi
kebutuhan konsumen akan kenyamanan, keamanan, kesehatan, kebersihan, dan
lain-lain. Keseluruhan itu merupakan kebuthan fungsional yang dapat
dipenuhi oleh manfaat merek. Contohnya, pada iklan obat nyamuk elektrik.
Iklan tersebut adalah suatu alat pemenuhan kebutuhan konsumen untuk
membunuh nyamuk dan dapat memberikan kenyamanan dengan tidak adanya asap
yang menganggu tidur. Dapat menjaga kesehatan saat tidur, karena tidak
ada asap yang menganggu pernapasan..
Pemenuhan kebutuhan simbolis
(symbolic needs) diarahkan pada keinginan konsumen dalam upaya
memperbaiki diri, dihargai sebagai anggota dari suatu kelompok,
afiliasi, dan rasa memiliki. Manajemen konsep merek yang ditujukan bagi
pemenuhan kebutuhan simbolis ini berupaya mengasosiasikan kegunaan merek
dengan kelompok, peran, atau citra diri yang diinginkan. Contohnya
dapat kita lihat pada iklan rokok. Pada iklan rokok, penyajian iklan dan
merek yang disuguhkan membuat konsumen tahu bahwa rokok hanya
dikhususkan bagi kaum pria saja. Menunjukan bahwa lelaki yang
mengkonsumsi rokok terlihat keren dan gentle.
Pemenuhan kebutuhan
experiential (experiential needs) merupakan representasi dari keinginan
mereka akan produk yang dapat memberikan rasa senang, keanekaragaman,
dan stimulasi kognitif. Manajemen konsep merek ini diarahkan pada
kebutuhan experiential mempromosikan merek sebagai sesuatu yang istimewa
dan mempunyai cita rasa yang tinggi atau kaya dengan potensi stimulais
kognitif. Dapat kita lihat pada iklan shampoo Sunsilk. Dalam iklan
shampoo Sunsilk, Ariel terlihat sangat terpesona pada keindahan rambut
wanita yang menggunakan shampoo Sunsilk. Hal ini menunjukkan bahwa
Sunsilk memiliki kemampuan untuk menciptakan rambut yang indah dan
halus, sehingga jika ada wanita yang mengkonsumsi shampoo Sunsilk rambut
mereka juga tampak indah mempesona.
PENAMAAN MEREK
Nama merek sangat penting karena nama merek yang mengaktifkan sebuah
citra dalam pikiran masyarakat. Nama merek dapat membangkitkan perasaan
berupa kepercayaan, keyakinan, keamanan, kekuatan, keawetan, kecepatan,
status, dan asosiasi lainyang diinginkan.
Pengaruh nama merek:
1. Mempengaruhi kecepatan konsumen menyadari suatu merek
2. Mempengaruhi citra merek sehingga
3. Memainkan peran penting dalam pembentukan ekuitas merek.
Langkah-langkah penamaan merek
1. Menetapkan spesifikasi tujuan nama merek
Mengidentifikasi
tujuan-tujuan yang akan dicapai dan memeperhatikan penyeleksian suatu
nama yanga akan sukses melekatkan merek pada khalayak, mampu menciptakan
citra yang baik dan membedakan dengan merek yang lain.
2. Menciptakan kandidat nama-nama merek
Menggunakan kemampuan berpikir kreatif dan curah pendapat.
3. Mengevaluasi kandidat nama-nama merek
Nama-nama yang telah muncul dievaluasi dengan kriteria, seperti relevansinya dengan produk, daya pikat, dan daya tarik.
4. Memilih satu nama merek
Menyeleksi satu nama final dari beberapa pilihan nama yang telah ditentukan.
5. Mendaftarkan merek dagang
Mengajukan pendaftaran merek dagang.
Syarat nama merek yang bagus:
- Membedakan suatu merek dari penawaran kompetitif.
- Mendeskripsikan merek beserta atribut/manfaatnya.
- Mencapai kecocokan dengan citra merek yang diinginkan, serta dengan desain produk dan kemasannya.
- Gampang diingat dan mudah diucapkan.
- Beberapa pengecualian bagi ”aturan-aturan”.
communicationista.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar