Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Sofjan
Wanandi mengatakan tingginya besaran upah di Indonesia, khususnya di wilayah
DKI Jakarta, memaksa sejumlah pemodal asing memilih pindah ke negara tetangga
dengan standar upah lebih rendah. Investor juga mempertimbangkan ketersedian
infrastruktur teknologi yang lebih tinggi.
“Dibayangkan standar upah di Jakarta
yang mencapai Rp 2,2 juta per bulan atau kalau dengan dolar Rp 10 ribu itu
sekitar US$ 200 per bulan, coba dibandingkan upah pokok di Kamboja dan Myanmar
hanya US$ 40 per bulan, jadi upah kita bisa 5 kali dari upah mereka,” ujarnya
dikutip Senin (14/10/2013).
Sofjan menjelaskan, besaran upah
yang diterima para pekerja di tanah air tersebut masih harus ditambah dengan
kewajiban perusahaan membayar beberapa macam tunjungan yang nilainya minimal
mencapai 30% dari upah pokok.
“Ada tunjangan lain seperti uang
makan, uang transport, THR, tunjangan kesehatan, itu semua lagi paling sedikit
30% dari upah, itu yang menjadi masalah apalagi buruhnya juga banyak sekali,”
lanjutnya.
Dengan kondisi yang makin
memberatkan pelaku usaha, Sofjan mengungkapkan setidaknya terdapat tujuh negara
tetangga yang menikmati untung dari masuknya pemodal asing dari Indonesia.
Untuk perusahaan asing dibidang elektronik, sebagian besar memilih memindahkan
bisnisnya ke Vietnam.
Sementara pengusaha sektor garmen
memilih Kamboja, Myanmar dan Bangladesh sebagai pelabuhan untuk investasinya.
Sedangkan Malaysia dan Thailand dipilih pengusaha yang menginginkan
ketersediaan teknologi tinggi. “(Pindahnya investor) itu karena kita punya upah
yang tinggi,” tandasnya. (SPC/25/Liputan6)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar